PELATIHAN IMPLEMENTASI
KURIKULUM 2013
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
MATERI PELATIHAN:
ANALISIS PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN
DIREKTORAT PEMBINAAN
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
DIREKTORAT JENDERAL
PENDIDIKAN MENENGAH
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2016
ANALISIS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
A.
Konsep
1.
Pembelajaran adalah
proses interaksi antarpeserta didik, antara peserta didik dan pendidik, dan antara peserta dan sumber belajar lainnya
pada suatu lingkungan belajar
yang berlangsung secara edukatif, agar peserta didik dapat membangun sikap,
pengetahuan dan keterampilannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Proses
pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan mulai
dari perencanaan, pelaksanaan hingga penilaian.
2.
Model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
pembelajaran yang disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan belajar yang
menyangkut sintaksis, sistem sosial, prinsip reaksi dan sistem pendukung
(Joice&Wells). Sedangkan menurut Arends dalam Trianto, mengatakan
“model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.
B.
Deskripsi
1. Prinsi-prinsip pembelajaran meliputi: (1) peserta
didik difasilitasi untuk mencari tahu, (2) peserta didik belajar dari berbagai
sumber belajar, (3) proses pembelajaraan menggunakan pendekatan ilmiah, (4)
pembelajaran berbasis kompetensi, (5) pembelajaran terpadu, (6) pembelajaran
yang menekankan pada jawaban divergen yang memiliki kebenaran multi dimensi, (7)
pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif, (8) peningkatan keseimbangan,
kesinambungan, dan keterkaitan antara hard-skills
dan soft-skills, (9)pembelajaran yang
mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar
sepanjang hayat, (10) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan
memberiketeladanan (ingngarso sung tulodo), membangun kemauan
(ingmadyomangunkarso), dan mengembangkan kreativitas pesertadidik dalam proses
pembelajaran (tut wurihandayani), (11) pembelajaran yang berlangsung di rumah,
di sekolah, dan di masyarakat, (12) pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran, (13) pengakuan atas perbedaan individual dan
latar belakang budaya peserta didik, dan (14) suasana belajar menyenangkan dan
menantang.
2.
Model pembelajaran
mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya
tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
3.
Tujuan penggunaan
model pembelajaran sebagai strategi bagaimana pembelajaran yang dilaksanakan
dapat membantu peserta didik mengembangkan dirinya baik berupa informasi,
gagasan, keterampilan nilai dan cara-cara berpikir dalam meningkatkan kapasitas
berpikir secara jernih, bijaksana dan membangun keterampilan sosial serta
komitmen (Joice& Wells).
4.
Model
pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yaitu:
a. Rasional
teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. Model
pembelajaran mempunyai teori berfikir yang masuk akal. Maksudnya para pencipta
atau pengembang membuat teori dengan mempertimbangkan teorinya dengan kenyataan
sebenarnya serta tidak secara fiktif dalam menciptakan dan mengembangankannya.
b. Landasan
pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang
akan dicapai). Model pembelajaran mempunyai tujuan yang jelas tentang apa yang
akan dicapai, termasuk di dalamnya apa dan bagaimana siswa belajar dengan baik
serta cara memecahkan suatu masalah pembelajaran.
c.
Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model
tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. Model pembelajaran mempunyai
tingkah laku mengajar yang diperlukan sehingga apa yang menjadi cita-cita mengajar
selama ini dapat berhasil dalam pelaksanaannya.
d. Lingkungan
belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Model
pembelajaran mempunyai lingkungan belajar yang kondusif serta nyaman, sehingga
suasana belajar dapat menjadi salah satu aspek penunjang apa yang selama ini
menjadi tujuan pembelajaran. (Trianto,
2010).
5.
Memilih atau menentukan model pembelajaran sangat
dipengaruhi oleh kondisi Kompetensi Dasar (KD), tujuan yang
akan dicapai dalam pengajaran, sifat dari materi yang akan diajarkan, dantingkat
kemampuan peserta didik. Di samping itu, setiap model pembelajaran mempunyai
tahap-tahap (sintaks) yang dapat dilakukan siswa dengan bimbingan guru.
6.
Pelaksanaan
pembelajarandengan pendekatan saintifik sebagaimana yang diterapkan pada
kurikulum 2013, sebaiknya dipadukan secara sinkron dengan langkah/tahapan kerja
(syntax) model pembelajaran.
Kurikulum 2013menggunakan3 (tiga)
model pembelajaran utama (Permendikbud No. 103
Tahun 2014)yang diharapkan dapat
membentuk perilaku saintifik, perilaku sosial serta mengembangkan rasa
keingintahuan. Ketiga model tersebut adalah: model Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem Based Learning),
model Pembelajaran Berbasis Projek (Project Based Learning), dan model Pembelajaran Melalui
Penyingkapan/Penemuan (Discovery/Inquiry
Learning).Disamping model
pembelajaran di atas dapat juga dikembangkan model pembelajaran Production Based Education (PBE) sesuai
dengan karakteristik pendidikan menengah kejuruan
Tidak semua model pembelajaran
tepat digunakan untuk semua KD/materi pembelajaran. Model pembelajaran tertentu
hanya tepat digunakan untuk materi pembelajaran tertentu. Sebaliknya materi
pembelajaran tertentu akan dapat berhasil maksimal jika menggunakan model
pembelajaran tertentu.Oleh karenanya guru harus menganalisis rumusan pernyataan
setiap KD, apakah cenderung pada pembelajaran penyingkapan (Discovery/Inquiry Learning) atau pada pembelajaran hasil karya (Problem Based Learning dan Project Based
Learning).
Rambu-rambu penentuan model
penyingkapan/penemuan:
1.
Pernyataan KD-3 dan
KD-4 mengarah ke pencarian atau penemuan;
2.
Pernyataan KD-3 lebih
menitikberatkan pada pemahaman pengetahuan faktual, konseptual, procedural, dan
dimungkinkan sampai metakognitif;
3.
Pernyataan KD-4 pada
taksonomi mengolah dan menalar
Rambu-rambu penemuan model hasil
karya (Problem Based Learning dan Project Based Learning):
1.
Pernyataan KD-3 dan
KD-4 mengarah pada hasil karya berbentuk jasa atau produk;
2.
Pernyataan KD-3 pada
bentuk pengetahuan metakognitif;
3.
Pernyataan KD-4 pada
taksonomi menyaji dan mencipta, dan
4.
Pernyataan KD-3 dan
KD-4 yang memerlukan persyaratan penguasaan pengetahuan konseptual dan
prosedural.
Masing-masing model pembelajaran
tersebut memiliki urutan langkah kerja (syntax)
tersendiri, yang dapat diuraikan sebagai berikut.
1.
Model Pembelajaran
Penyingkapan (penemuan dan pencarian/penelitian)
Model pembelajaran penyingkapan (Discovery
Learning)adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses
intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery
terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya
untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip.
Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran,
prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive
process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process
of assimilatingconcepts and principles in the mind (Robert B. Sund dalam
Malik, 2001:219).
a.
Sintak model Discovery Learning
1)
Pemberian rangsangan (Stimulation);
2)
Pernyataan/Identifikasi masalah (Problem
Statement);
3)
Pengumpulan data (Data Collection);
4)
Pembuktian (Verification), dan
5)
Menarik simpulan/generalisasi (Generalization).
b.
Sintak model Inquiry Learning Terbimbing
Model pembelajaran
yang dirancang membawa peserta didik dalam proses penelitian melalui
penyelidikan dan penjelasan dalam setting
waktu yang singkat (Joice&Wells, 2003).
Model pembelajaran
Inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu secara sistematis kritis
dan logis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri temuannya.
Sintak/tahap model
inkuiri meliputi:
1)
Orientasi masalah;
2)
Pengumpulan data dan verifikasi;
3)
Pengumpulan data melalui eksperimen;
4)
Pengorganisasian dan formulasi eksplanasi, dan
5)
Analisis proses inkuiri.
2.
Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Merupakan
pembelajaran yang menggunakans berbagai kemampuan berpikir dari peserta didik
secara individu maupun kelompok serta lingkungan nyata untuk mengatasi
permasalahan sehingga bermakna, relevan, dan kontekstual (Tan OnnSeng, 2000).
Tujuan PBL adalah
untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan konsep-konsep pada permasalahan
baru/nyata, pengintegrasian konsep High
Order Thinking Skills (HOT’s),
keinginan dalam belajar, mengarahkan belajar diri sendiri dan
keterampilan(Norman and Schmidt).
a.
Sintak model Problem Based Learning dari Bransford
and Stein (dalam Jamie Kirkley, 2003:3) terdiri atas:
1)
Mengidentifikasi masalah;
2)
Menetapkan masalah melalui berpikir tentang masalah dan menyeleksi
informasi-informasi yang relevan;
3)
Mengembangkan solusi melalui pengidentifikasian alternatif-alternatif,
tukar-pikiran dan mengecek perbedaan pandang;
4)
Melakukan tindakan strategis, dan
5)
Melihat ulang dan mengevaluasi pengaruh-pengaruh dari solusi yang
dilakukan.
b.
Sintak model Problem Solving Learning Jenis Trouble
Shooting (David H. Jonassen, 2011:93) terdiri atas:
1)
Merumuskan uraian masalah;
2)
Mengembangkan kemungkinan penyebab;
3)
Mengetes penyebab atau proses diagnosis, dan
4)
Mengevaluasi.
3.
Model pembelajaran Project Based Learning (PjBL).
Model pembelajaran PJBL merupakan pembelajaran dengan
menggunakan proyek nyata dalam kehidupan yang didasarkan pada motivasi tinggi,
pertanyaan menantang, tugas-tugas atau permasalahan untuk membentuk penguasaan
kompetensi yang dilakukan secara kerjasama dalam upaya memecahkan masalah
(Barel, 2000 and Baron 2011).
TujuanProject Based Learning adalah meningkatkan motivasi belajar, team
work, keterampilan kolaborasi dalam pencapaian kemampuan akademik level
tinggi/taksonomi tingkat kreativitas yang dibutuhkan pada abad 21 (Cole &
Wasburn Moses, 2010).
Sintak/tahapan model pembelajaran Project Based Learning, meliputi:
a.
Penentuan pertanyaan mendasar (Start
with the Essential Question);
b.
Mendesain perencanaan proyek;
c.
Menyusun jadwal (Create a Schedule);
d.
Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and
the Progress of the Project);
e.
Menguji hasil (Assess the Outcome),
dan
f.
Mengevaluasi pengalaman (Evaluate the Experience).
4.
Di samping tiga model
pembelajaran di atas, di SMK dapat digunakan
model Production Based Training (PBT)
untuk mendukung pengembangan Teaching Factory
pada mata pelajaran pengembangan produk kreatif. Model Pembelajaran Production Based Trainingmerupakan
proses pendidikan dan pelatihan yang menyatu pada proses produksi, dimana peserta
didik diberikan pengalaman belajar pada situasi yang kontekstual mengikuti
aliran kerja industri mulai dari perencanaan berdasarkan pesanan, pelaksanaan
dan evaluasi produk/kendali mutu produk, hingga langkah pelayanan pasca produksi.Tujuan penggunaan
model pembelajaranPBT adalah untuk menyiapkan peserta didik agar memiliki
kompetensi kerja yang berkaitan dengan kompetensi teknisserta kemampuan kerjasama
sesuai tuntutan organisasi kerja.
Sintaks/tahapan model pembelajaran Production Based Trainningmeliputi:
a. Merencanakan produk;
b. Melaksanakan proses produksi;
c. Mengevaluasi produk (melakukan kendali mutu), dan
d. Mengembangkan rencana pemasaran.
(G. Y. Jenkins, Hospitality 2005).
Proses pembelajaran yang mengacu pada
pendekatan saintifik, meliputi lima langkah sebagai berikut.
1.
Mengamati, yaitu kegiatan siswa mengidentifikasi melalui indera
penglihat (membaca, menyimak), pembau, pendengar, pengecap dan peraba pada
waktu mengamati suatu objek dengan ataupun tanpa alat bantu. Alternatif
kegiatan mengamati antara lain observasi lingkungan, mengamati gambar, video,
tabel dan grafik data, menganalisis peta, membaca berbagai informasi yang
tersedia di media masa dan internet maupun sumber lain. Bentuk hasil belajar
dari kegiatan mengamati adalah siswa
dapat mengidentifikasi masalah.
2.
Menanya, yaitu kegiatan siswa mengungkapkan apa yang ingin
diketahuinya baik yang berkenaan dengan suatu objek, peristiwa, suatu
proses tertentu. Dalam kegiatan menanya, siswa membuat pertanyaan secara
individu atau kelompok tentang apa yang belum diketahuinya. Siswa dapat
mengajukan pertanyaan kepada guru, narasumber, siswa lainnya dan atau kepada
diri sendiri dengan bimbingan guru hingga
siswa dapat mandiri dan menjadi
kebiasaan. Pertanyaan dapat diajukan secara lisan dan tulisan serta harus dapat
membangkitkan motivasi siswa untuk tetap aktif dan gembira. Bentuknya dapat
berupa kalimat pertanyaan dan kalimat hipotesis. Hasil belajar dari kegiatanmenanya
adalah siswa dapat merumuskan masalah
dan merumuskan hipotesis.
3.
Mengumpulkan data, yaitu kegiatan siswa mencari informasi sebagai bahan untuk dianalisis
dan disimpulkan. Kegiatan mengumpulkan data
dapat dilakukan dengan cara
membaca buku, mengumpulkan data sekunder, observasi lapangan, uji coba
(eksperimen), wawancara, menyebarkan kuesioner, dan lain-lain. Hasil belajar
dari kegiatan mengumpulkan data adalah siswa
dapat menguji hipotesis.
4.
Mengasosiasi, yaitu kegiatan siswa mengolah data dalam
bentuk serangkaian aktivitas fisik dan pikiran dengan bantuan peralatan
tertentu. Bentuk kegiatan mengolah data antara lain melakukan klasifikasi,
pengurutan (sorting), menghitung,
membagi, dan menyusun data dalam bentuk yang lebih informatif, serta menentukan
sumber data sehingga lebih bermakna. Kegiatan siswa dalam mengolah data
misalnya membuat tabel, grafik, bagan, peta konsep, menghitung, dan pemodelan.
Selanjutnya siswa menganalisis data untuk membandingkan ataupun menentukan
hubungan antara data yang telah diolahnya dengan teori yang ada sehingga dapat
ditarik simpulan dan atau ditemukannya prinsip dan konsep penting yang bermakna
dalam menambah skema kognitif, meluaskan pengalaman, dan wawasan pengetahuannya.
Hasil belajar dari kegiatan menalar/mengasosiasi adalah siswa dapat menyimpulkan hasil kajian dari
hipotesis.
5.
Mengomunikasikan, yaitu kegiatan siswa mendeskripsikan dan menyampaikan
hasil temuannya dari kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan dan mengolah
data, serta mengasosiasi yang ditujukan kepada orang lain baik secara lisan
maupun tulisan dalam bentuk diagram, bagan, gambar, dan sejenisnya dengan bantuan perangkat teknologi sederhana
dan atau teknologi informasi dan komunikasi. Hasil belajar dari kegiatanmengomunikasikan adalah siswa dapat memformulasikan dan
mempertanggungjawabkan pembuktian hipotesis.
C.
Contoh
Langkah sinkronisasi pendekatan dengan model
pembelajaran yang dipilih atas dasar hasil analisis, dapat menggunakan matrik
perancah sebagai pertolongan sebelum dituliskan menjadi kegiatan inti pada RPP.
Pemaduan atau pensinkronan antara langkah-langkah pendekatan saintifik dan
sintaks (tahapan/langkah kerja) model pembelajaran dilakukan
sebagai berikut.
1.
Pilih pasangan KD-KD
dari mata pelajaran yang diampu sesuai dengan silabus dan buku teks siswa
terkait.
2.
Rumuskan IPK dari KD3
dan dari KD4 sesuai dengan dimensi proses atau level pengetahuan dan dimensi
kategori pengetahuan serta
keterampilan yang terkandung di
masing-masing KD. Setiap KD minimal memiliki 2 (dua) indikator.
3.
Petakan pemilihan
model pembelajaran sesuai KD dengan mempertimbangkan rambu-rambu pemilihan
model pembelajaran.
4.
Pilih model
pembelajaran sesuai KD dengan mempertimbangkan rambu-rambu pemilihan model
pembelajaran.
5.
Tentukan kegiatan
peserta didik dan kegiatan guru sesuai dengan langkah-langkah (sintaks) model pembelajaran
yang dipilih, kemudian sinkronkan dengan langkah pendekatan saintifik (5M)
sampai mencapel 1ai IPK.
Tabel 1
PENENTUAN MODEL
PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran:
Simulasi Digital
Kelas: XI
No.
|
Kompetensi
|
Model Pembelajaran
|
Keterangan
|
1.
|
KD 3.1 Menerapkan pengetahuan pengelolaan informasi
digital melalui pemanfaatan perangkat lunak pengolah informasi.
|
||
KD 4.1 Menyajikan hasil penerapan pengelolaan
informasi digital melalui pemanfaatan perangkat lunak pengolah informasi.
|
|||
2.
|
KD.3.2 Menerapkan
pengetahuan pengelolaan informasi digital melalui pemanfaatan komunikasi daring (online).
|
Model Pembelajaran
Discovery Learning
|
a.
KD-3.2 menitikberatkan pada pemahaman pengetahuan konseptual dan prosedural.
b.
KD 4.2 Pernyataan KD-4 pada taksonomi keterampilankongkret
pada gradasi membiasakan gerakan atau manipulasi.
|
KD.4.2 Menyajikan
hasil penerapan pengelolaan informasi digital melalui komunikasi daring (online).
|
|||
Dst
|
Tabel2.
Matriks Perancah Pemaduan
Sintak Model Pembelajaran Discovery Learningdan Pendekatan
Saintifik pada Mapel Simulasi Digital
KI 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan
faktual, konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian
dalam bidang kerja yang spesifik untukmemecahkan masalah.
KI 4. Mengolah, menalar, dan
menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari
yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan tugas
spesifik di bawah pengawasan langsung.
Kompetensi
Dasar
|
IPK
|
Sintaksis model Discovery Learning
|
Pendekatan Saintifik
|
||||
Mengamati
|
Menanya
|
Mengumpulkan Informasi
|
Menalar
|
Mengomuni-kasikan
|
|||
3.2 Menerapkan pengetahuan pengelolaan
informasi digital melalui pemanfaatan komunikasi daring (online).
|
·
Menerangkan
komunikasi daring asinkron.
·
Menerangkan
komunikasi daring sinkron.
·
Menentukan
prosedur komunikasi daring asinkron dan komunikasi daring sinkron
|
1.
Pemberian
stimulus terhadap siswa.
|
·
Guru
meminta siswa untuk melihat berbagai jenis komunikasi dalam jaringan
(daring/online) melalui bahan tayangan.
·
Guru
menugaskan siswa membaca buku untuk meng identifikasi berbagai jenis
komunikasi dalam jaringan (daring)
·
Siswa
melihat bahan tayang yang disajikan oleh Guru.
·
Siswa
membaca buku berkaitan dengan berbagai jenis komukasi jaringan(daring)
|
||||
·
Menerangkan
kewargaan digital.
|
2.
Identifikasi masalah
|
·
Siswa
berdiskusi tentang berbagai jenis komunikasi dalam jaringan (daring).
·
Siswa
mengidentifikasi ciri-ciri komunikasi jaringan (daring) asinkron dan sinkron
dari hasil diskusi dan buku.
·
Siswa
menentukan komunikasi jaringan (daring) asinkron dan sinkron.
|
·
Guru
menugaskan siswa untuk mengidentifikasi masalah utama apa dalam membuat
komunikasi daring sinkron dan asinkron serta syarat-syarat seseorang
dikatakan warga digital.
·
Siswa
mengidentifikasi masalah – masalah melalui contoh yang didemonstrasika n oleh
guru mengenai e-mail, (komunikasi asinkron) danchatting (komunikasi sinkron).
·
Siswa
membaca buku untuk mendapatkan informasi tentang syarat-syarat dikatakan
temasuk warga digital seseorang
·
Siswa
mendiskusikan syarat-syarat seseorang dikatakan termasuk warga digital.
·
Berdasarkan
hasil membaca buku dan diskusi siswa merumuskan hal-hal apa saja yang harus
diperhatikan dalam menjadi warga digital meliputikebaikan, keurukan, dan
undang-undang ITE.
|
||||
4.2 Menyajikan hasil penerapan pengelolaan
informasi digitalmelalui komunikasi daring (online).
|
·
Mengikuti komunikasi daring
asinkron dan sinkron berdasarkan contoh.
·
Mendemonstrasikan
komunikasi daring asinkron dan sinkron berdasarkan tugas.
|
3.
Pengumpulan
data
|
·
Guru
meminta siswa untuk menentukan prosedur komunikasi daring asinkron dan
sisnkron sesuai aturan melalui buku siswa
dan hasil diskusi
·
Siswa
menggali informasi prosedur tentang informasi komunikasi daring asingkron dan
sinkron
·
Siswa
mendiskusikan untuk menentukan prosedur daring asingkron dan sinkron
·
Siswa
menyampaikan pada kelompok lain dan menanggapinya berkaitan prosedur komunikasi daring asinkron dan
sinkron
·
Guru
meminta siswa untuk mencoba melakukan komunikas daring asinkron dan sinkron
sesuai dengan aturan–aturan dalam berkomunikasi daring.
·
Siswa
mencoba membuat akun pada Gmail dan Yahoo sesuai dengan aturan seperti contoh
·
Siswa
mencoba mengirimkan e-mail kepada guru atau temannya menggunakan akun e-mail
(G-mail dan Yahoo) sesuai dengan aturan seperti contoh Guru.
·
Siswa
mencoba melakukan chatting sesuai dengan aturan sesuai contoh guru.
|
||||
4.
Pembuktian
|
·
Guru
menugaskan siswa untuk menilai hasil komunikasi dengan daring asinkron
(e-mail) dan sinkron (chatting) kepada siswa dikomputer menggunakan format
penilaian.
·
Siswa
menilai hasil komunikasi daring asinkron(e-mail) menggunakan format penilaian
etika berkomunikasi daring.
·
Siswa
menilai hasil komunikasi daring sinkron(chatting) menggunakan format
penilaian etika berkomunikasi daring.
·
Guru
menugaskan kepada siswa untuk mengirim e-mail dan chatting kepada guru
berdasarkan perintah.
·
Siswa
mengirim tugas via e-mail.
·
Siswa
berkomunikasi tentang pelajaran via chatting.
|
||||||
5.
Menarik
kesimpulan/generalisasi
|
·
Guru
menugaskan siswa untuk menyajikan cara-cara serta kesimpulan berkomunikasi
daring asinkron dan sinkron.
·
Siswa
membuat bahan presentasi tentang berkomunikasi daring asinkron dan sinkron
dalam bentuk PPT.
·
Siswa
menyajikan tentang berkomunikasi daring asinkron dan sinkron.
·
Siswa
lain memberikan tanggapan terhadap presentasi.
·
Siswa
menerima tanggapan dari siswa lain dan guru.
·
Siswa
memperbaiki hasil presentasi dan membuat simpulan.
|
Catatan:
Hasil pemaduan model pembelajaran dan pendekatan
saintifik digunakan dalam penyusunan RPP khususnya pada perumusan kegiatan inti
pembelajaran.
D.
Latihan/Tugas
Buat pemaduan pendekatan saintifik dengan model
belajar yang Saudara pilih berdasarkan analisis menggunakan format matrik
seperti tabel di atas untuk mata pelajaran yang Saudara ampu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar